Kupingmu tidak kau gunakan untuk mendengar,
ya?
Aku memesan lalapanmu dan kau bilang “ya.”
Temanku memesan pangsit di penjual sebelah.
Kau memandang ke arah temanku sekilas sembari
gorenggoreng.
Lantas kenapa kau memastikan lagi pada temanku
saat aku mengambil segelas teh di meja lain?
Tentu saja temanku jawab “tidak pesan”
Kerana yang kau tawari dikiranya dia.
Pangsit diantar di meja temanku.
Aku menunggu lalapanku hadir di mejaku.
Sampai pangsit temanku tinggal separuh,
Aku masih menunggu lalapanku.
Pangsit temanku tinggal sedikit
Aku menengok ke arahmu yang melayani orang
yang pesan setelahku.
Kesabaranku habis.
Aku menghampirimu.
Emosiku sampai pada puncaknya ketika kau
bilang.
“tadi katanya nggak jadi?” dengan nada keras.
“yang nggak jadi kan temenku!” kataku dengan
nada yang keras pula.
Ada penjual pangsit di sebelahnya.
Dan aku pun memesan pangsit sebelah dengan
nada keras.
Biar dia dengar dan cemburu.
Dan merasa bersalah.
Meski aku ingin lalapan.
Rasakan!
Malang, 27 April 2011