Wednesday 13 April 2011

CERPEN: Jangan Ngambek, Cin!

            Siang itu langit terlihat cerah. Padahal biasanya mendung atau gerimis. Hari yang cerah dan menyenangkan ini dimanfaatkan Cinta untuk memandikan si Nyipnyup, kucing kesayangannya. Sudah sebulan ini si Nyipnyup tidak mandi. Meski dimandikan pakai air hangat-hangat kuku, si Nyipnyup tetap berontak dan membuat Cinta harus benar-benar kuat memeganginya supaya tidak kabur. Apalagi saat pakai sabun. Si Nyipnyup berontak kuat sekali sehingga membuat kewalahan Cinta. Kembali tenang saat si Nyipnyup dibasuh dengan air suam-suam kuku. Bulu berwarna emas dan putih si Nyipnyup nampak halus dan indah saat disirami air. Membuat Cinta terlena akan keindahannya. Cinta sadar bahwa semua makhluk ciptaan Tuhan itu indah dan mempunyai keunikan tersendiri masing-masing. Gadis berambut cepak itu sangat bersyukur dapat melihat segala keindahan ciptaan Tuhan.
Saat Cinta lengah tiba-tiba si Nyipnyup kabur dan terpaksa Cinta mengejarnya ke sana ke mari bahkan sampai naik dan turun tangga. Tiba-tiba dari luar terdengar suara Mama memanggil.
 “Cinta! Cin... di mana kamu,?”
            “DRAP DRAP DRAP!!!! Aku di sini, Ma! Hah hah hah” Jawab Cinta dengan napas terengah-engah.
            “Eh... dari mana saja anak Mama nih, sudah besar kok masih lari-lari?” Tanya Mama heran.
            “Itu, Ma lagi ngejar si Nyipnyup jelek! Masak disiram air malah kabur, padahal masih belepotan sabun.”
            “Emangnya kenapa kok bisa belepotan sabun?”
            “Dimandiin dong, Ma! Kan Nyipnyup sudah sebulan nggak mandi. Mumpung cuaca cerah gini.. E dimandiin malah kabur!”
            “Ya sudah biarkan saja. Nanti kalau lapar dia pasti pulang sendiri.”
            “Tapi, Ma.. Sabunnya...”
“Ini Mama habis beli lauk dan sayur dari kantin kantor. Kamu taruh di mangkuk saji dulu, ya! Setelah itu makan siang. Mama mau angkat nasi di magic com.” Ujar Mama memotong kata-kata Cinta.
            “Beres, Ma!”
            Biasanya Cinta memandikan si Nyipnyup bersama Yuda, kembarannya. Tetapi si Yuda masih sekolah. Cinta pulang duluan karena sekolah Cinta ada rapat dies natalis. Cinta dan Yuda memang sekolah di tempat yang berbeda. Cinta sekolah di SMP Nusa Bangsa, sementara Yuda sekolah di SMP Tunas Harapan. SMP Tunas Harapan merupakan SMP terfavorit di kota tempat mereka tinggal. Dan merupakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).  Untuk masuk ke sekolah itu, harus tes dahulu dan berhasil bagi mereka bersekolah di sana apabila mendapat nilai tes delapan sampai sepuluh. Saat tes, Yuda mendapatkan nilai sepuluh sedangkan Cinta mendapat nilai delapan. Lho kok? Memang nilai Cinta memenuhi syarat untuk masuk di SMP Tunas Harapan. Tetapi jumlah calon siswa yang mendapat nilai sembilan dan sepuluh sudah memenuhi batas jumlah siswa di SMP itu. Akhirnya Cinta masuk di SMP Nusa Bangsa. SMP terfavorit kedua di kotanya setelah SMP Tunas Harapan. Meski demikian, Cinta tidak mau kalah dengan kembarannya yang berhasil masuk di SMP idamannya. Hal ini terbukti setelah pembagian rapor semester satu lalu. Cinta menjadi juara kelas. Sementara Yuda mendapat peringkat tiga di kelasnya. Saat ini keduanya duduk di kelas VII SMP semester dua.
            Makan siang sudah siap di atas meja. Mama membeli macam-macam lauk dan sayur. Kini di meja makan ada cap cay goreng, sayur bening bayam, sayur rebung, tempe goreng tepung, jamur goreng tepung,  tempura alias udang goreng tepung dan sambal tomat. Hmm.. benar-benar menggugah selera untuk makan! Karena hari itu sangat cerah, Cinta jadi ingin minum jus buah untuk minumannya setelah makan siang nanti. Dengan tergesa-gesa dia melihat buah apa saja yang ada di dalam lemari es.
            “Yahh... tinggal belimbing!” Tapi nggak pa pa, deh. Yang penting jus buah!” teriaknya. Dan langsung berlari-lari ke tempat rak dapur untuk mencari pisau dan baskom dan blender. Mama hanya geleng-geleng kepala melihat anak perempuannya yang sangat aktif itu. “Padahal sudah besar. Kenapa masih suka lari-lari, ya?!” Gumamnya.
            Belimbing segar yang sudah dicuci, diiris ujung-ujungnya, dikupas pinggir-pinggirnya, dan potong-potong dimasukkan ke gelas blender. Sesekali Cinta mencicipi buah yang masih dingin tersebut. Saat mengiris buah belimbing, Cinta kembali mengagumi ciptaan Tuhan. “Wah.. seperti bintang! Pantas saja bahasa Inggrisnya Starfruit! Cantik sekali. Segala sesuatu ciptaan Tuhan memang indah.” Katanya dalam hati sambil mengamati tiap bintang yang masuk ke dalam gelas blender. Setelah dirasa cukup, cinta memasukkan gula. Tidak banyak-banyak, karena Cinta tidak suka jika terlalu manis. Setelah memasukkan air dan es batu secukupnya, Cinta memasang gelas blender yang berisi irisan belimbing, gula, es batu dan air diatas mesin blender.
“Tinggal mencolokkan ke listrik, menekan tombol on, menunggu beberapa saat, dan menekan tombol off, jadilah jus belimbing ala Cinta. Papa, Mama, dan Yuda pasti senang minum jus siang-siang begini! hohoho!” Kata cinta sambil membayangkan seluruh keluarga minum jus.
Setelah memasang colokan ke listrik, dengan perasaan berbunga-bunga cinta menekan tombol on, dan “NGIIIINGGGG!” Berputarlah pisau penghancur dalam gelas blender menghancurkan potongan-potongan buah belimbing dan menjadikannya satu dengan gula, air, dan es batu. Cinta senang sekali melihat blendernya bekerja. Sampai jingkrak-jingkrak. Yuda dan Papa yang baru pulang sampai kaget dikejutkan kelakuan Cinta. Tiba-tiba suara mesin blendernyanya berubah.
“NGIIIING NGUINGG NGIINGG CIITT!”
“ Lho lho lho! Kenapa sih?” Kata Cinta sedikit kecewa
Cinta mencoba menekan tombol on/off berulang-ulang. Tetapi tetap tidak bisa. Sampai memeriksa sambungan kabelnya dan menggerakkanya kalau-kalau sambungan listriknya tersendat. Dan tetap tidak mau nyala juga.
“Macet! Wuaa, gimana nih? Mana belimbingnya belum hancur semua! Jus belimbingkuu....!!!” Kata Cinta benar-benar kecewa.
“Wah, rusak, ya blendernya! Gimana sih kamu pakainya Cin!” Yuda tiba tiba muncul.
“Bukan salahku! Blendernya yang salah! Aku pakek sesuai prosedur, kok!” Cinta membela diri.
“Hmm.. Kenapa ya kok jadi macet?” Kata Yuda sambil mengamati susunan blender, memeriksa listriknya, dan melepas gelas blender dari mesinnya. Saat memeriksa blender, terdengar suara teriakan Mama dari meja makan memanggil mereka untuk makan siang.
            Semuanya sudah berkumpul. Cinta duduk di kursi makannya sambil manyun gara-gara tidak jadi minum jus belimbing. Mama mengambilkan Papa nasi. Setelah itu, mengambil nasi untuk piringnya. Kemudian Yuda yang mengambil nasi. Ketika Yuda meletakkan sendok di atas piringnya terdengar dentingan keras sekali. Setelah dentingan itu terdengar suara Nyipnyup mengeong sambil berlarian menuju arah suara untuk minta makan. Sabun yang tadinya masih menempel di badannya sudah hilang, tapi bulunya masih sedikit basah. Nyipnyup mendongakkan kepalanya ke adikku sambil mengeong keras sekali. Sementara Cinta masih sebel karena tidak jadi minum jus.
            “Aduh, pus! Kok kamu tau aja sih kalau ada orang lagi makan! Cin Nyipnyup belum kamu kasih makan ya?” Tanya Yuda.
            Cinta diam saja. Tidak ada respon sama sekali. Karena yang ada di dalam pikirannya hanya tidak bisa minum jus kesukaannya siang ini dan seterusnya karena blendernya rusak.
            “Cin?” Panggil Yuda sekali lagi. Tapi Cinta tetap diam saja.
            “CIN!” Panggil Yuda setengah berteriak karena sebal dicuekin saudara kembarnya. Cinta tetap diam tidak berkata sama sekali sambil mengambil tempura bagiannya. Nyipnyup mengeong semakin keras ketika melihat Cinta berdiri sambil membawa tepung udang dan mengikuti ke mana Cinta berjalan. Saat Cinta menggiring si Nyipnyup keluar dengan tempura, Papa bertanya kepada Mama.
            “Kenapa sih Cinta diam saja dari tadi? Ada masalah apalagi memangnya?”
            “Dia jadi kayak gitu, Mungkin karena blendernya rusak, Pa! Tadi kelihatannya kecewa banget pas blendernya macet. Dia kan suka sekali minum jus. Mungkin juga setelah blendernya rusak dia jadi mikir nggak akan bisa minum jus sepuasnya lagi selamanya.” Kata Yuda menebak-nebak dengan mencoba memahami perasaan Cinta, kembarannya.
            “Iya, tuh Pa! Padahal tadi aku lihat dia girang sekali saat akan bikin jus!” Tambah Mama.
            “Ya coba nanti sepulang dari kantor, Papa perbaiki deh, blendernya. Habis makan siang Papa langsung kembali lagi ke kantor supaya bisa pulang cepat.” Kata Papa.
            Cinta kembali dari memberi makan Nyipnyup dengan tempura bagiannya. Di luar, tampak Nyipnyup sedang asik menyantap tempura.  Semua pintu ditutup supaya Nyipnyup tidak kembali masuk rumah dan mengganggu makan siang mereka. Siang itu Cinta mengambil nasi sedikit sekali kira-kira seukuran satu sendok makan. Dan hanya mengambil lauk sebuah tempe tepung.
            “Cin, makanmu kok sedikit sekali? Nggak pakai sayur, pula! Sudah dibelikan susah payah kok, nggak dimakan! Tegur Mama dengan nada sedikit marah.
            “Lagi diet, Ma!” Kata Cinta dengan mudahnya.
            “Sudah ya, Ma! Cinta kenyang. Mau tidur siang dulu.” Kata Cinta lagi sambil berjalan meninggalkan meja makan dan menaiki lantai dua menuju ke kamarnya.
            “Cinta, Cin! Kamu belum makan siang kok sudah kenyang tu kenyang dari mana?” Mama memanggil-manggil Cinta tetapi Cinta tetap tidak menghiraukan dan tetap menuju kamarnya.
            “CINTA, CIN!” Mama berteriak karena Cinta tidak menghiraukan panggilannya. Dan akan berdiri mengejar Cinta tetapi ditahan oleh Papa.
            ‘Sudah, biarkan saja. Toh nanti kalau lapar dia pasti akan makan.” Kata Papa. Mendengar kata Papa barusan, Mama jadi ingat kata-kata Mama kepada Cinta saat si Nyipnyup kabur dari Cinta ketika dimandikan. Dan Mama pun duduk kembali.
            “Hu! Dasar Tukang Ngambek!” Kata Yuda kepada Cinta.
Selesai makan siang, pintu kembali dibuka oleh Yuda dan si Nyipnyup segera berlari untuk masuk ke dalam rumah sambil mengeong. Papa kembali ke kantor. Mama membereskan meja makan dan bersiap-siap untuk kembali ke kantor. Sementara Cinta masih berdiam diri di kamar. Di kamar, ternyata dia tidak tidur tetapi hanya memainkan Handphone yang dibelikan Mama untuknya sebagai hadiah saat menjadi juara kelas di semester satu lalu.
“Jusku...!” gumam gadis manis itu dalam hati.
Tiba-tiba nada anime Sailormoon pada ponsel Cinta berbunyi keras sekali, menandakan ada telepon. Cinta yang kaget hampir saja melempar handphone miliknya tetapi untung masih bisa dikendalikan sehingga tidak jadi jatuh. Setelah dilihat, ternyata Septi yang memanggilnya. Cinta segera menekan tombol reply untuk menjawabnya.
Hallo!”
Hallooww,  Cinta! Lagi apa? Eh Cin Di rumahku lagi panen mangga, lho. Ke sini yuk! Intan, Novi, Yossy, Agus juga ada lho. Kita pada mau bikin jus mangga. Mau, kan?” Kata Septi kepada Cinta.
MAUUUU!!!” Cinta menyetujui ajakan Septi dengan penuh semangat.
“Kenapa lagi sih, tu anak! Berisik banget!” Gerutu Yuda yang tengah asik mengutak-atik soal-soal matematika dari buku modul bimbelnya di kamar sebelah.
Ya sudah aku tunggu di rumahku, yaw..! sampai ketemu nanti. Bye!” Septi mengakhiri pembicaraanya.
Bye bye!” Jawab Cinta.
Selesai mendapat telepon, Cinta langsung bersiap-siap untuk pergi ke rumah Septi dan bergegas mengambil sepeda di garasi.
“Yud, aku ke rumah Septi dulu!” Kata Cinta kepada Yuda sedikit berteriak.
“Ok! jangan lupa bawa kunci rumah. Aku mau ke warnet!” Jawab Yuda.
Cinta mengayuh sepeda cepat sekali supaya cepat sampai ke rumah Septi. Lima menit kemudian, Cinta sampai di rumah Septi. Ternyata benar! Mangga di halaman Septi berbuah lebat sekali. Jenis mangga manalagi yang terkenal manis menghiasi pohon mangga milik Septi. “Cantik sekali.” Kata Cinta dalam hati.
“CINTAAAA!!!” Suara Septi terdengar ramah sekali menyambut kedatangannya.
“Hai! Mana Teman-teman?” Mereka ada di dalam tuh, lagi ngupas Mangga. Bantuin yuk!” ajak Septi
“Yuk yuk!”
Di dapur mereka membuat jus mangga banyak sekali. Dan minum jus mangga sepuas-puasnya. “Enak ya! Kental dan manis seperti jus di restoran! Hahahaha!” Kata Cinta kepada teman-temannya. Mereka semua tertawa sambil menikmati camilan dan jus mangga bikinan sendiri.
Sepulang dari rumah Septi, Cinta kembali ceria. Dan mau makan, makanan yang dibelikan Mama untuknya tadi siang. Setelah makan Papa pulang dari kantor.  Cinta segera turun tangga untuk mencium tangan Papa dan membawakan tas Papa masuk ke dalam. Papa hanya heran melihat Cinta yang kembali ceria lagi. Padahal tadi siang baru ngambek. Dan biasanya butuh waktu lama untuk membuat Cinta ceria lagi kalau lagi ngambek. “Tapi sudahlah tidak apa-apa, yang penting Cinta tidak ngambek dan mau makan lagi.” Pikir Papa dalam hati.
“Pa, nanti tolong perbaiki blendernya, ya.. biar Cinta bisa minum jus lagi sepuasnya!” Kata Cinta kepada Papa.
“Iya, Cin!” Jawab Papa
“Makasih, Papa!”
“Kembali, Cinta! Jangan ngambek lagi, ya!”
“Iya Papa!”
***

1 comment: